Kebutuhan manusia tidak ada hentinya. Semakin terpenuhi kebutuhannya, semakin dahaga saja keinginan untuk memiliki hal lain. Manusia selalu saja seperti itu. Tak jarang, beberapa hal yang terbuang karena kita menganggapnya hal remeh belaka. Padahal hal remeh itu sangat berguna bagi orang lain, walaupun kita sendiri sudah tidak memerlukannya atau kita sudah terpuaskan dengan pemanfaatannya.
Ambil contoh air. Pada musim panas nan menyengat seperti ini, seringkali ada masalah dengan penyaluran air bersih. Hampir semua kota mengalaminya, tak terkecuali Kairo yang menjadi ibukota Mesir. Air yang disedot dari sungai nil ini menjadi penyambung kehidupan bagi semua orang di wilayah ini. Masih saja ada orang-orang sok kaya yang membuang air sia-sia. Aku menyebutnya pembuangan yang sia-sia sebab air bersih masih bisa digunakan untuk orang banyak. Jika ia tidak membutuhkan air lagi sedangkan stok air masih melimpah ruah, jangan dibuang-buang untuk menyemprot halaman, jalanan, atau untuk mengisi kolam renang saja. Di wilayah ini (Kairo) sering sekali air tidak mengalir. Tanpa ada pemberitahuan dahulu kepada warga pun, mereka sudah hafal jadwal matinya air. Beberapa truk tangki air bersih didrop untuk mengatasi kekurangan air sementara saja. Aku sering melihat dari balkon rumahku truk truk datang lalu dikerumuni orang yang membawa jeriken-jeriken kosong.
Khotib jumat kemarin menyampaikan pesan yang sangat dalam. Apapun milik kamu, jangan pernah menyia-nyiakannya, walaupun kamu tidak membutuhkannya lagi. Jika ingin membuangnya, maka buanglah dengan berguna. Sedekahkanlah kepada orang yang membutuhkan. Jangan buang air untuk menyiram jalan atau halaman rumah, sedekahkanlah untuk minum para pejalan kaki dan orang lain yang haus.
Khotib peka dengan keadaan sekitarnya, dapat membaca konteks dan realita yang terjadi di masyarakat. Di saat musim panas seperti ini, membuang-buang air bukanlah hal yang bijak. Sementara orang lain tidak memiliki simpanan air. Bersyukur tidak hanya dengan ucapan belaka, tapi juga harus diimplementasikan dengan aksi. Bersedekah untuk mengobati dahaga orang lain yang haus juga mengguyur dahaga sebab hati nurani yang kering. Dalam situasi apapun, hendaknya kita bijak bisa membaca pertanda-pertanda apapun itu bantuknya dan datang dari siapapun tanpa terkecuali. Dalam beberapa waktu yang lalu khotib juga menenangkan kekhawatiran masyarakat akan virus flu burung yang meresahkan. Bersyukurlah karena sumber penyakit itu unggas yang bukan menjadi makanan pokok warga. Jika saja yang menjadi sumber bencana adalah roti, isy yang ternyata gandumnya beracun atau terkontaminasi dengan penyakit, tentunya seluruh penduduk lebih heboh daripada flu burung ini.
Terakhir kali, ada banyak cara bersyukur kita terhadap nikmat yang Allah berikan. Tidak hanya dengan ucapan alhamdulillah belaka, tetapi dengan bersedekah dan tidak menghambur-hamburkan apa yang kita miliki. Karena semua nikmat dan kehidupan berasal dariNya.
Dan berikanlah kepada keluarga-keluarga yang dekat akan haknya, kepada orang miskin dan orang yang dalam perjalanan dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros. Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara syaitan dan syaitan itu adalah sangat ingkar kepada Tuhannya. (al-Isra ayat 26 dan 27)
Gambar dicolong dari sini.
Read More..
Khotib jumat kemarin menyampaikan pesan yang sangat dalam. Apapun milik kamu, jangan pernah menyia-nyiakannya, walaupun kamu tidak membutuhkannya lagi. Jika ingin membuangnya, maka buanglah dengan berguna. Sedekahkanlah kepada orang yang membutuhkan. Jangan buang air untuk menyiram jalan atau halaman rumah, sedekahkanlah untuk minum para pejalan kaki dan orang lain yang haus.
Khotib peka dengan keadaan sekitarnya, dapat membaca konteks dan realita yang terjadi di masyarakat. Di saat musim panas seperti ini, membuang-buang air bukanlah hal yang bijak. Sementara orang lain tidak memiliki simpanan air. Bersyukur tidak hanya dengan ucapan belaka, tapi juga harus diimplementasikan dengan aksi. Bersedekah untuk mengobati dahaga orang lain yang haus juga mengguyur dahaga sebab hati nurani yang kering. Dalam situasi apapun, hendaknya kita bijak bisa membaca pertanda-pertanda apapun itu bantuknya dan datang dari siapapun tanpa terkecuali. Dalam beberapa waktu yang lalu khotib juga menenangkan kekhawatiran masyarakat akan virus flu burung yang meresahkan. Bersyukurlah karena sumber penyakit itu unggas yang bukan menjadi makanan pokok warga. Jika saja yang menjadi sumber bencana adalah roti, isy yang ternyata gandumnya beracun atau terkontaminasi dengan penyakit, tentunya seluruh penduduk lebih heboh daripada flu burung ini.
Terakhir kali, ada banyak cara bersyukur kita terhadap nikmat yang Allah berikan. Tidak hanya dengan ucapan alhamdulillah belaka, tetapi dengan bersedekah dan tidak menghambur-hamburkan apa yang kita miliki. Karena semua nikmat dan kehidupan berasal dariNya.
Dan berikanlah kepada keluarga-keluarga yang dekat akan haknya, kepada orang miskin dan orang yang dalam perjalanan dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros. Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara syaitan dan syaitan itu adalah sangat ingkar kepada Tuhannya. (al-Isra ayat 26 dan 27)
Gambar dicolong dari sini.