Friday, February 6, 2009

SBY, Demokrat dan Iklan

Saat aku ditanya kawan mahasiswa Mesir siapa presiden RI, aku spontan menjwab SBY. Bagi kita orang Indonesia sudah mafhum, SBY adalah singkatan dari Susilo Bambang Yudhoyono, bukan Si Butet Yogya. Tapi kawan ini terbengong-bengong, ndak ngeh dengan jawabanku itu. Ya jelas saja, mana ada sih nama presiden negara berdaulat adil dan makmur seperti Indonesia raya kok ‘SBY’. Kenapa nick name-nya bukan Pak Bambang, atau Pak Susilo, atau Pak Yudho, seperti nama tetanggaku.

Mungkin buat SBY (aku juga menyebut beliau dengan inisial), singkatan huruf S-B-Y sudah menjadi trade mark, merk dagang, yag lisensinya dipegang langsung oleh pemimpin Nusantara. Siapa saja yang main-main dengan (huruf) SBY, bisa kualat. Yang punya toko bisa bangkrut, yang buka praktek kedokteran bisa tutup, yang PNS bisa dipecat, dan masih banyak lagi yang bisa kualat. Masalahnya, sejak pertama hingga sekarang, Pak SBY adalah satu-satunya presiden Indonesia yang nick name-nya dengan inisial. Kenapa Pak Harto, bukan HMS, Haji Muhammad Soeharto. Kenapa Gus Dur, bukan HAW, Haji Abdurrahman Wahid. Kenapa Bu Mega, bukan MSP, Megawati Soekarno Putri.

Ada semacam ketidaknyamanan juga ketika melihat iklan PD (Partai Demokrat) yang memuculkan figur SBY. Ora ilok, kalau menurut terminologi Jawa. Memang menjadi tren di Indonesia ini, pesta demokrasi 2009 disambut semeriah mungkin, hingga setahun sebelumnya berbagai partai beriklan di televisi. Memang kalau tak kenal maka tak sayang, maka cara paling mudah menuju perkenalan itu adalah populer. Masalahnya, iklan PD ini seakan-akan menggiring rakyat bahwa capaian-capaian yang diraih negara atau pemerintah selama 5 tahun ini hanyalah berkat PD! Digambarkan bagaimana hebatnya PD di legislaif, dan eksekutif, yaitu Presiden. Hal yang patut disayangkan, padahal SBY adalah Presiden RI. Statusnya sekarang juga masih Presiden, bukan orang partai. Apalagi partai yang baru tujuh tahun berdiri.

Buat Partai Demokrat, tolong hargai SBY sebagai Presiden RI, beri masukan dan didukung agar negri ini bisa sedikit lebih makmur. Aji mumpung bukanlah jurus handal buat partai Anda, walaupun yang menjadi RI 1 adalah Dewan Penasihat partai Anda. Dan buat Pak Presiden, Anda adalah orang berkedudukan nomer wahid di negri ini, sebab Anda adalah presiden kita!

(tulisan lama, tetapi baru berani nongol setelah kabur dari teritorial negara, biar tidak dibilang provokatif & subversif!)

No comments: