Wednesday, March 18, 2009

Koleksi Baru: al-Risalah Imam Syafi'i

Setelah mengikuti pelajaran pertama hadits tahlili, aku ke toko buku, karena jam kedua kosong, dan nanti jam ketiga masuk kuliah lagi. Iseng-iseng (aslinya bete sih, nunggu sampe jam satu siang), siapa tahu ada buku yang menarik yang belum kumiliki. Masuk ke toko Dar al-'Aqidah yang terkenal sebagi penyalur buku-buku beraliran salafi, ada dua buku yang menarik perhatianku. al-Risalah punya Imam Syafi'i dan Tafsir al-Thobari. Aku coba tanya harganya, ternyata al-Risalahnya Imam Syafi'i dibandrol 42 LE! Ckckckck, padahal cuma satu jilid, dan terbitan dalam negri, bukan impor dari negara Lebanon. Untuk Tafsir Thobari kurasa tak perlu menanyakan harganya, sebab sudah tentu mahal, dan aku cuma bawa uang 30 LE, sedang aku tadi berniat mengambil beasiswa, kantornya malah tutup, pegawainya ndak masuk.

Walhasil, misi membeli al-Risalah dibelokkan ke toko buku lain. Aku pikir, kitab klasik apapun pasti sudah pernah diterbitkan di al-Halabi. Kenapa aku cari buku ini di toko al-Halabi? Sebab dari segi orisinalitas, pentahqiqan, dan harga, penerbit ini lebih dapat dipercaya di kalangan pecinta ilmu di Mesir. Benar juga, di toko Musthofa al-Babi al-Halabi, aku mendapatkan buku ini seharga 7 LE! Buku cetakan kedua tahun 1983. Maka jangan heran kondisi fisik buku ini yang kertasnya seputih susu yang dicampur moka. Agak krem dikit gitulah. Ono rupo, ono rego, kata orang jawa. Keindahan rupa ada harganya. Coba aja bayangkan kitab kuno yang harganya 7 LE bersampul karton putih yang hanya tertulis judul kitab dan pengarangnya, tanpa dekorasi apalagi jilid hard cover, dengan kitab yang sama bernilai 6 kali lipatnya!

Buku yang aku beli ini adalah al-Risalah yang diriwayatkan al-Robi' bin Sulaiman, murid Imam Syafi'i. Jumlah halamannya juga tak terlalu tebal, hanya 268 halaman. Sekilas aku ragu, jangan-jangan buku ini berbeda dengan yang dijual di toko Dar al-Aqidah yang diterbitkan Dar al-Shid kalau ndak salah. Kalau memang sama, kenapa buku yang diterbitkan al-Halabi tipis begini? Karena aku belum pernah mempelajari al-Risalah yang asli, padahal aku tadi udah bolak-balik halaman al-Risalah yang dijual di Dar al-'Aqidah, tapi ndak ingat satu hurufpun yang tertulis di muqoddimah atau daftar isi yang kubaca. Mungkin otakku perlu dikutuk, sebab daya ingatku makin rapuh. Anyway, al-Risalah yang kubeli ini bagus juga kok. Fontnya besar-besar, jelas, dan tidak sedikit yang berharokat (jaman gini cari yang berharokat?!)

Kenapa aku cari kitab ini? Kalau kita mempelajari ilmu ushul fiqh, berarti kita mempelajari ilmu yang Imam Syafi'i temukan. Dan kitab al-Risalah ini adalah masterpiecenya dalam ilmu ini, bahkan kitab pertama yang membahas ilmu ushul fiqh dan menjadi rujukan utama! Di muqoddimah kitab ini, sang pentahqiq (M. Sayyid Kaylani) menukil komentar Fakhrurrozi dalam kitab Manaqib al-Syafi'i

"Ulama sebelum era al-Syafi'i memperbincangkan masalah ushul fiqh, saling beristidlal dan menyanggah, tetapi mereka tidak mempunyai teori menyeluruh yang menjadi rujukan dalam pengetahuan dalil-dalil syariat, dan cara menyanggahnya dan merojihkannya. al-Syafi'i-lah yang menemukan ilmu ushul fiqh. Meletakkan undang-undang komplit yang menjadi rujukan dalam pengetahuan hirarki dalil-dali syar'i. Penisbatan ilmu syariah kepada Imam Syafi'i seperti halnya penisbatan ilmu logika kepada Aristoteles."

Siapa sih Imam Syafi'i itu? Beliau adalah pendiri mazhab Syafi'i yang dianut oleh mayoritas umat muslim di dunia. Mazhabnya dalam fiqh moderat, mengkompromikan antara nash (al-Quran dan al-Hadits) dengan rasionalitas. Hirarki sumber hukum dalam mazhabnya adalah al-Quran, al-Hadits, Ijma' dan Qiyas.

Imam Syafi'i lahir di Gaza, Palestina, namun terdapat pula yang menyatakan bahwa dia lahir di Asqalan; sebuah kota di dekat Gaza. Menurut para ahli sejarah, Imam Syafi'i lahir pada tahun 150 H, yang mana pada tahun ini wafat seorang ulama besar Sunni yang bernama Imam Abu Hanifah, pendiri mazhab Hanafiah dalam bidang fiqh yang cenderung menggunakan rasio.

Lalu beliau rihlah dalam rangka mencari ilmu ke Makkah, Madinah, Yaman, Baghdad, dan Mesir. Di antara guru-gurunya adalah Imam Malik, pendiri mazhab Malikiyah di Madinah, Sufyan bin 'Uyainah di Makkah, Imam Ahmad bin Hanbal, pendiri mazhab Hanbali yang juga sekaligus muridnya di Makkah dan Baghdad, Sayyidah Nafisah di Mesir, dll.

Beliau menyatakan kekagumannya setelah menjadi Imam dengan pernyataannya yang terkenal berbunyi: “Seandainya tidak ada Malik bin Anas dan Sufyan bin Uyainah, niscaya akan hilanglah ilmu dari Hijaz.” Juga beliau menyatakan lebih lanjut kekagumannya kepada Imam Malik: “Bila datang Imam Malik di suatu majlis, maka Imam Malik menjadi bintang di majelis itu.” Beliau juga sangat terkesan dengan kitab al-Muwattha’ Imam Malik sehingga beliau menyatakan: “Tidak ada kitab yang lebih bermanfaat setelah al-Qur’an, lebih dari kitab al-Muwattha’.” Beliau juga menyatakan: “Aku tidak membaca al-Muwattha’ Malik, kecuali mesti bertambah pemahamanku.” Imam Syafi'i sendiri menghafalkan kitab al-Muwattha hanya dalam beberapa hari. Sungguh kecerdasan yang luar biasa!

Imam Syafi’i bertemu dengan Ahmad bin Hanbal di Mekah tahun 187 H dan di Baghdad tahun 195 H. Dari Imam Ahmad bin Hanbal, Imam Syafi’i menimba ilmu fiqhnya, ushul madzhabnya, penjelasan nasikh dan mansukhnya. Di Baghdadlah beliau mengeluarkan qaul qadim, lalu setelah pindah ke Mesir beliau mengeluarkan qaul jadid dalam mazhabnya. Adanya qaul jadid dikarenakan munculnya aliran Mu’tazilah yang telah berhasil mempengaruhi kekhalifahan, dan beliau melihat kenyataan dan masalah di Mesir berbeda dengan yang sebelumnya ditemui di Baghdad. Ia kemudian mengeluarkan ijtihad-ijtihad baru yang berbeda, yang biasa disebut dengan istilah qaul jadid. Namun demikian, tidak semua qaul jadid bisa menghapus qaul qadim, dikarenakan qaul qadim dapat dipergunakan menurut kondisinya.

Akhirnya Imam Syafi'i menghembuskan nafas terakhirnya tanggal 29 Rahab 204 H, pada umur 54 tahun. Empat tahun terakhirnya beliau bertempat di Mesir, tetap mengajar dan belajar, menyerap ilmu dan mentransfernya ke murid-muridnya. Untuk mengenang sang Imam, tepat di sebelah barat makam Imam Syafi'i didirikan masjid yang juga diberi nama Masjid Imam Syafi'i. Makam Zakariya al-Anshori juga ada dalam satu komplek makam Imam Syafi'i.

Masih ingat bait syi'ir indah Syafi'i yang mengingatkan dia akan gurunya, Imam Waki'?
شَكَوْتُ إلَى وَكِيعٍ سُوءَ حِفْظِي ....... فَأرْشَدَنِي إلَى تَرْكِ المعَاصي
وَأخْبَرَنِي بأَنَّ العِلْمَ نُورٌ...................ونورُ الله لا يهدى لعاصي

No comments: